This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 22 Agustus 2017

Berkurban Itu Mudah

Berkurban itu Mudah
Oleh Fuatuttaqwiyah El-Adiba
Kurban  dalam KBBI artinya adalah persembahan kepada Allah( seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji). Kurban sendiri berasal dari kata bahasa Arab qurban yang artinya dekat. Dalam Islam, kurban dimaknai sebagai binatang sembelihan seperti unta, sapi, dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari tasyriq.
Kurban bagi saya adalah amalan yang istimewa. Amal yang berhubungan dengan fisik dan hati. Fisik dimaknai sebagai usaha dalam mengumpulkan uang untuk berkurban. Apa pun jenis usaha. Sedangkan hati adalah keikhlasan dalam mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk berkurban. Keduanya mempunyai kesulitan yang berbeda.
Usaha mengumpulkan uang bagi yang papa merupakan hal yang berat. Apalagi dengan kebutuhan hidup yang harganya meroket tajam. Tentu lebih memilih untuk tidak berkurban.
Berkaca dari pengalaman kurban pertama saya, tidak ada kesulitan bila sudah ada niat yang kuat. Saya berkurban pertama kali tahun 2005. Dari awal bekerja saya sudah niatkan diri untuk berkurban setiap tahun. Namun, kondisi keuangan saya saat itu tidak memungkinkan untuk berkurban. Gaji saya masih sangat sedikit. Hanya bisa memenuhi kebutuhan harian. Bila pun ada lebih, saya lebih suka menabungnya.
Keinginan untuk berkurban begitu kuatnya. Setiap hari sepertinya ada yang membisiki telinga saya agar mau berkurban. Padahal uang tabungan saya masih jauh untukberkurban. Bulan Ramadhan tahun 2005 saya sempat tertipu. Nominal uangnya sangat besar. Saat itu saya menangis. Mungkin ini peringatan dari Allah agar saya mengingat janji. Bismillah, di akhir Ramadhan saya pun berdoa kepada Allah meminta rezeki yang banyak agar bisa berkurban.
Lebaran Idul Fitri saya sengaja tidak pulang. Gaji, THR, dan bonus saya kumpulkan. Saya menahan diri untuk tidak jajan dan membeli baju. Semua pengeluaran saya minimalisir.
Tekad yang kuat dan usaha yang maksimal akhirnya membuahkan hasil. Senyum mengembang di bibir saya ketika bisa berkurban pertama. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah. Cita-cita saya tercapai.
Tahun-tahun berikutnya, saya dipermudah untuk berkurban. Saya selalu bilang yang pertama sulit, selanjutnya pasti dimudahkan. Praktis dari tahun 2005- sekarang saya hanya sekali absen tahun 2013, ketika jadi pengangguran.
Berkurban kembali ke persepsi kita. Saya selalu memotivasi diri sendiri. Berkurban itu tidak sebanding dengan nikmat Allah yang sudah diberikan sepanjang tahun. Saya bisa bekerja, sehat, dikelilingi teman yang sevisi misi, dan didukung oleh keluarga itu adalah anugerah tida terkira. Masihkah dengan nikmat yang begitu besar saya enggan untuk berkurban?
Beberapa kali saya berbincang dengan teman yang masih enggan untuk berkurban. Padahal gajinya jauh di atas saya. Alasannya belum mampu. Saya hanya bisa mengelus dada. Karena setiap orang punya kadar kemampuan yang berbeda.
Alhamdulillah, saya mempunyai keluarga yang saling mengingatkan untuk berkurban setiap tahun. Mereka bahkan menyuruh saya menabung tiap bulan agar bisa berkurban. Dan itu saya lakukan. Setiap gajian saya langsung memasukkan uang ke rekening khusus amal. Pemisahan rekening ini biar tidak bercampur dengan uang pribadi.
Rasa enggan itu pasti ada di setiap jiwa. Namun, percayalah balasan Allah itu nyata adanya. Alhamdulillah dengan gaji yang sekarang, tahun 2017 saya bisa berkurban. Kali ini seperti tahun sebelumnya, saya putuskan berkurban di daerah terpencil Kota Waingapu, Nusa Tenggara Timur. Sebuah kampung mual



af yang belum pernah mendapatkan daging kurban.
Berkurban harus direncanakan. Apalagi bagi yang penghasilannya pas-pasan. Bila tahun ini belum bisa berkurban, maka segera membuat perencanaan agar tahun depan bisa berkurban. Dan jangan ditunda-tunda. Ajal bisa datang kapan saja. Bila sudah seperti itu hanya penyesalan yang ada. So, ayo berkurban.
Bila ingin tahu seperti apa usaha saya untuk berkurban setiap tahun bisa berbincang lewat inbox. Insya Allah akan saya jawab.

Karawaci, 23 Agustus 2017